Gagal Panen Akibat Banjir, Petani Rengel Tuban Merugi Rp 76 M



Berita Tuban - Banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo yang terjadi beberapa hari lalu di wilayah Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban membuat seribu hektar lebih tanaman padi milik petani mengalami puso dan gagal panen.

Akibatnya para petani yang berada di sejumlah desa di Kecamatan Rengel tersebut mengalami kerugian hingga puluhan milyar rupiah, lantaran sebagian besar tanaman padi milik petani tersebut tidak bisa lagi dipanen lantaran tidak bisa berisi, Kamis (02/01/2013).

"Untuk kerugian akibat banjir Bengawan Solo kemarin itu lebih dari 76 milyar rupiah mas. Itu hanya desa-desa ada di Kecamatan Rengel saja," terang Suyanto, selaku Kepala Desa Kanorrejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.

Menurut Suyanto, banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo yang terjadi pada bulan Desember tahun 2013 kemarin itu sedikitnya merendam 1.800 hektar tanaman padi yang ada di area persawahan Kecamatan Rengel, Tuban. Rata-rata padi yang terendam itu tinggal beberapa hari lagi untuk bisa dipanen.

"Itu semua tanaman yang terendam sudah mulai menguning dan mulai berisi. Tapi karena banjir itu padinya sudah tidak bisa berisi, sebenarnya tinggal menunggu waktu saja," lanjut Kades yang desa sempat terisolir tersebut.

Banjir luapan Bengawan Solo yang melanda sebanyak 10 desa di wilayah Rengel itu lebih parah dari pada tahun sebelumnya, selain itu diduga ada pencemaran limbah yang ikut meluap ke area persawahan tersebut yang membuat tanaman padi cepat mati.

"Kalau banjirnya tahun ini datangnya dengan cepat merendam tanaman padi, jadi para petani tidak diberi kesempatan untuk memanen. Selain itu padi yang terendam itu cepat mati, biasanya seminggu bisa tahan tapi sekarang baru tiga hari sudah mati," ungkap Suhadi, Kades Sumberrejo, Kecamatan Rengel, yang juga menjadi korban banjir.

Dengan kondisi banjir yang terus terjadi pada setiap tahun itu, para Kepala Desa, Kecamatan Rengel bersama dengan warganya telah meminta kepada pemerintah Kabupaten Tuban untuk mengajukan pembuatan tanggul sepanjang 20 kilometer yang ada di kecamatan itu. 

Mereka menilai jika banjir yang sudah menjadi langganan tiap tahun itu karena tidak adanya tanggul di daerah bantaran Bengawan Solo itu. "Banjir itu sudah terjadi setiap tahun, ini gara-gara tidak ada tanggulnya. Kalau misalkan ada tanggulnya pasti desa kami tidak ada kebanjiran lagi dan para petani tidak lagi mengalami gagal panen," pungkasnya[mut/ted]

0 komentar:

Posting Komentar